Panduan Adven 2021 - Pertemuan Pertama "Keluarga Tangguh"


Tujuan

Umat menyadari pentingnya ketangguhan di dalam keluarga, baik dari segi hidup beriman, asuhan hingga kesejahteraan untuk mewujudkan Keluarga Katolik yang sejati

Pengantar

Pada Pertemuan Adven pertama ini umat diajak berfleksi memperdalam pengalaman imannya menghadapi situasi Pandemi Covid 19 di tengah-tengah keluarga. Situasi Pandemi Covid 19 telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik imani maupun ekonomi bahkan sosial, membuat keluarga menjalaninya dengan tidak mudah. Saat Pandemi Covid 19 membuat banyak keluarga Katolik harus tangguh dan berupaya agar tidak jatuh pada situasi sulit, terutama perekonomian. Di samping itu, proses pendidikan di sekolah serta suasana pendidikan iman juga terpukul yang membuat para anak menjadi kurang produktif dan apatis. Kita telah menyadari, bahwa gelombang Covid 19 tidak hanya terjadi sekali, untuk itu perlu adaptasi atas tantangan ini. Maka, melalui pertemuan Adven pertama ini, para keluarga diajak menyadari bahwa ketangguhan tidak hanya pada orangtua, namun juga seluruh anggota di dalamnya. Bagaimana ketangguhan itu dibangun dengan komunikasi, doa dan upaya untuk saling menguatkan. Pertemuan ini diharapkan semakin membuka kesadaran untuk membangun suasana hidup berkeluarga yang tangguh dan militan baik dalam segi iman dan kedewasaan hidup. Tentu, kesadaran itu, dibingkai dalam suasana menantikan atau menyongsong Kedatangan Yesus.

Melalui pendalaman Adven pertama ini, kita diajak bersama melihat kembali bagaimana pendidikan Kekatolikan selama ini dikembangkan, khususnya ketika mengalami kesulitan dan beratnya situasi Pandemi Covid 19 ini. Pada pertemuan pertama ini, kita diteguhkan dengan renungan dari Luk 21: 25-28.34-36 mengenai mempersiapkan “Kedatangan Anak Manusia.” Bagaimana hati kita di dalam keluarga semakin siap menyambut kedatangannya.

Langkah Proses Pertemuan
A. Pembuka
1. Nyanyian Pembuka
Pertemuan dapat dibuka dengan lagu-lagu yang memberikan nuansa harapan dan penantian serta keluarga yang tangguh.

2. Doa Pembuka
Doa ini hanya sebagai contoh. Dipersilahkan membuat doa sendiri sesuai dengan situasi setempat.

Allah Bapa Mahakasih kami bersyukur ke hadirat- Mu karena melalui masa penantian ini, Engkau menjanjikan Juru Selamat Yesus Kristus Putra-Mu. Kami juga bersyukur atas gerak pastoral yang sudah kami jalani, terutama ketika kami didera Pandemi Covid 19 . Semoga di tengah pandemi ini, kami tetap bersemangat agar kami mampu menyongsong dengan sukacita sehingga semakin menjadi keluarga yang Tangguh dan berbuah kasih. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami, yang bersatu bersama Dikau dan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.

3. Penyalaan lilin Korona
Setelah doa pembuka, dilanjutkan dengan penyalaan Lilin Korona Adven yang pertama.

P: Tuhan, terangilah umat-Mu dengan cahaya kasih-Mu.

U: Agar kami semua dapat menjadi cahaya bagi sesama.

P: Ya Bapa, berbelaskasihlah kepada kami, para hamba-Mu yang merindukan Putera-Mu, cahaya kehidupan sejati. Nyalakanlah harapan kami yang gelap ini akan kehadiran Putera-Mu yang menjadi penerang bagi hidup kami. Bagaikan nyala lilin yang semakin terang, kami mohon agar hidup kami semakin diterangi oleh kehadiran Kristus. Semoga kami semua mampu menjadi Keluarga yang Tangguh, Bersukacita dan Berbuah dalam kasih, serta bersama masyarakat memperjuangkan hidup yang sejahtera dan bermartabat demi terwujudnya kehadiran Kerajaan Allah. Demi Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami, sepanjang segala masa.

U: Amin

B. Refleksi Pengalaman
1. Menengok kembali Pengalaman dan Data
Pendalaman dapat diawali dengan melihat hasil survey mengenai bagaimana beriman di tengah krisis pandemi Corona (Covid 19) yang merebak hingga mempengaruhi hidup menggereja umat Katolik. Survey dilakukan sebagai penjajakan awal pada Bulan Juni 2020 oleh Komisi Kateketik bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik St. Fransiskus Assisi Semarang.

Survey sederhana tersebut dilakukan pada Bulan Juni tahun 2020 kepada umat dan mahasiswa baik di KAS (Keuskupan Agung Semarang) maupun diluar KAS.  Survey ini dilakukan kepada 305 responden terdiri dari: 54,8% tinggal di wilayah perkotaan, 35,1% tinggal di wilayah pedesaan dan 10,2% di wilayah pinggiran.  Responden juga terdiri dari 74,4% orang muda (15-35th.), 22,6% orang dewasa (36-60 th.), dan sisanya remaja (1%) dan lansia (2%). Berdasarkan survey tersebut didapatkan ringkasan data sebagai berikut:

  • Sebagian besar responden sangat setuju bahwa Allah yang diimani dalam masa pandemi ini, adalah Allah yang MENEMANI, MELINDUNGI daripada Allah yang MENGHUKUM. Hal itu terlihat dari pilihan pada istilah “Allah yang melindungi dan mengasihi” sejumlah 252 responden daripada “Allah yang memberikan hukuman dan teguran”
  • Sebagian besar sangat setuju dengan memperkuat doa-doa secara pribadi di waktu malam untuk memperkuat harapan dalam desakan pandemi ini.  Hal itu terlihat dari sejumlah 200 responden yang memilihnya.
  • Sebagian besar juga sangat setuju dengan doa-doa yang dilakukan secara pribadi mendatangkan  kekuatan ketika menghadapi ketakutan dan kecemasan pada masa pandemi. Hal itu terlihat dari sejumlah 253 responden yang memilihnya.
  • Sebagian besar meyakini bahwa Allah menolong melalui obat, fasilitas kesehatan dan pertolongan medis. Walaupun banyak responden juga meyakini bahwa Allah juga memberikan mukjijat kesembuhan selama pandemi ini. Hal itu terlihat dari sejumlah 233 dan 215 responden yang memilih sangat setuju pada kedua hal tersebut.
  • Sebagian besar juga sepakat bahwa pandemi ini membuat para responden semakin dekat dengan Allah. Hal itu terlihat dari sejumlah 233 dan 215 responden yang memilih sangat setuju pada kedua hal tersebut.
  • Sebagian besar responden sangat setuju bahwa dengan pembatasan sosial, tidak membuat yang ritual menjadi terhambat. Namun dengan bantuan media digital, apa yang ritual dapat dilakukan dari rumah.  Begitu juga aspek spiritual lebih dikembangkan walaupun tidak meninggalkan aspek sakramennya.  Hal itu terlihat dari sejumlah 187 dan 161 responden yang memilihnya
  • Sebagian besar sangat setuju bahwa iman dalam masa tanggap pandemi ini, adalah iman yang harus berbuat atau bertindak dan patuh serta tanggap terhadap kondisi, dengan mentaati segala himbauan protokol kesehatan. Hal itu terlihat dari sejumlah 257 responden yang memilihnya.
  • h. Sebagian besar akhirnya sepakat bahwa para pemuka agama harus mengajak umatnya untuk tanggap pandemi dan berupaya bertindak mengatasi bersama-sama situasi. Hal itu terlihat dari sejumlah 254 responden yang memilihnya.

Berdasarkan beberapa ringkasan data tersebut, Covid-19 pada akhirnya tidak hanya tentang sakit dan penyakit menular. Melainkan, semakin menyadarkan kita akan kepedulian dan amal kasih. Peristiwa Covid 19 menjadikan kehidupan iman kita bukan sekedar sebuah perayaan dan syukur atas apa yang telah dicapai. Iman di tengah hempasan Covid 19 menjadikan iman yang  tangguh menghadapi  tantangannya. Kita menyadari bahwa iman juga merupakan karya kepedulian dan harapan tanpa pamrih. Bagaimanapun, kejadian Covid-19 harus menjadikan kita untuk terus menjalani kehidupan yang sehat, mencintai orang di sekitar kita dan terus bertumbuh serta bertahan.

2. Pendalaman

  • Berdasarkan ringkasan hasil data yang ada, apa tanggapan Anda?
  • Bagaimana pengalaman di dalam keluarga Anda masing-masing, ketika menghadapi situasi sulit dan cemas selama Pandemi Covid 19 ini? Bagikanlah dan ceritakanlah pengalaman Anda !

3. Refleksi Keluarga
Silahkan di dalam keluarga, Anda dapat melihat kembali dan merenungkan pengalaman dan situasi yang terjadi selama ini, khususnya ketika menghadapi beratnya Pandemi Covid 19. Sejauh mana di dalam keluarga saling memperkuat dan saling memperteguh.

C. Renungan Peneguhan
1. Bacaan Injil Luk 21: 25-28.34-36

“Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.

“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.”

2. Simpul
Ada beberapa poin yang dapat memperkaya/melengkapi dari bacaan tadi.

  • Bacaan Injil Luk 21: 25-28.34-36 menunjukkan teks-teks apokaliptik (akhir zaman). Bukan saja teks itu sulit untuk dipahami, tetapi kita kadang kurang mau berdekatan dengan topik-topik mengenai akhir zaman ini, apalagi di tengah krisis kecemasan pandemi ini. Namun, kita harus mengakui bahwa Injil Lukas itu berbicara dengan jelas tentang Kedatangan Kristus Kedua (juga dikenal sebagai Parousia).

  • Injil Lukas menggunakan simbolisme tradisional Yahudi untuk menggambarkan apa yang akan terjadi ketika penghakiman terakhir. Injil mengatakan bahwa orang “akan melihat Anak Manusia datang dalam awan.” Awan adalah simbol kehadiran Tuhan. Pesan Injil Lukas itu memberikan gambaran mengenai harapan dan keyakinan. Maka, kita diajak bukan untuk cemas dan takut akan kedatangan-Nya. Luk 21: 25-28.34-36 memberikan kita makna berjaga-jaga yang lebih luas dan utuh secara spiritual atau rohani. Makna supaya hati kita tidak terbebani oleh kekhawatiran dan segala hiruk pikuk materialisme, namun senantiasa berharap dan berusaha untuk masa depan yang lebih baik.

  • Adven adalah masa menantikan harapan dan kebaruan hidup. Kita diundang untuk bersiap dengan sukacita bagi kedatangan Kristus. Dia datang dalam hidup kita baik secara lahiriah maupun dalam indahnya misteri rohani (melalui sakramen, dan terutama Ekaristi), dan dalam Keagungan Abadi (pada Hari Terakhir).  Pada minggu-minggu pertama Adven ini, kita diajak memaknai kedatangan Kristus dalam keagungan dan harapan baru. Injil hari ini membuka Tahun liturgi yang baru untuk melihat kembali kedatangan Tuhan sebagai harapan. Tentunya kita menantikannya dengan rasa bahagia, bukan dengan rasa takut dan cemas.

  • Adven di masa Pandemi Covid 19 ini, memberikan kita kesadaran dalam keluarga mengenai arti tangguh dan senantiasa melihat harapan baru. Beratnya masa Pandemi Covid 19 ini memberikan arti akan Natal yang terasa berbeda bagi kita. Semua keluarga tentu merindukan kembali lagi perayaan dengan aman dan terbebas dari krisis pandemi ini. Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, mengingatkan bahwa dalam gerak kehidupan yang pedih dan berat ini, Allah senantiasa hadir. Kisah Natal adalah kisah tentang seorang Anak yang tidak diterima, yang tidak memiliki tempat untuk disebut rumah di dunia ini. Namun kebenaran yang tidak pernah kita bayangkan, bahwa Anak yang sama datang untuk mencintai semua hingga mati dan bangkit dari kayu salib. Natal mengundang kita ke dalam kehidupan keluarga yang terbuang dan terasing di tanah leluhurnya. Dalam pandemi Covid 19 ini, keluarga Katolik dipanggil untuk tangguh seperti Keluarga Nasareth. Kita diajak memiliki tanggung jawab untuk memikirkan kembali makna rumah dan keluarga bagi kita.

D.Penutup
Silahkan membuat niat dan aksi-aksi nyata yang bisa dilaksanakan secara konkret!
1. Pengendapan
Silahkan melakukan pengendapan dengan hening sejenak  dalam batin selama kurang lebih 5-10 menit.

Ajakan untuk meresapkan secara batin:

Bagaimana arti kedatangan Kristus bagi hidup keluarga kita semua? Apakah kita merindukannya dan merayakan masa Adven ini dengan berterima kasih kepada mereka yang telah bekerja untuk membantu atau membawa kebaikan dan kegembiraan bagi orang lain, menunjukkan kepada kita bahwa terang Kristus bersinar. Selama masa pembatasan sosial pandemi ini, saat kita menutup pintu, apakah kita tetap terus membuka hati untuk keluarga, teman, masyarakat dan bangsa kita ini.

Ajakan untuk membangun niat:

  • Di masa pandemi ini, marilah kita sebagai keluarga senantiasa memupuk rasa kasih dan solidaritas dengan sesama, terutama mereka yang terdampak dan terpapar Covid 19.
  • Marilah dalam keluarga kita, senantiasa memanfaatkan kualitas hidup bersama sebagai sebuah keluarga.
  • Mari kita memupuk dan memperkuat saat-saat doa dalam keluarga.
  • Mari kita memupuk tanggung jawab, kesabaran dan harapan dalam keluarga

2. Doa Penutup
Bapa yang Maharahim, kami bersyukur atas cinta kasih-Mu yang menyelamatkan kami. Kami berdoa
untuk semua yang menderita dan berduka. Pada saat kesedihan, ketidakpahaman atas tragedi pandemi ini, kami ingin berdiri bersama dan saling meneguhkan.  Dalam krisis ini, kami berdoa memohon belas kasihan Mu dan kesembuhan bagi yang sakit dan untuk kesehatan dan kekuatan bagi semua yang merawat mereka. Berilah kami ketangguhan dan kekuatan dalam keluarga. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.

3. Nyanyian Penutup
Pendalaman dapat ditutup dengan lagu-lagu yang memberikan semangat senantiasa bersama masyarakat memperjuangkan hidup yang sejahtera dan bermartabat.  Untuk menutup Tahun St. Yusuf, lagu dapat menggunakan lagu Aku Bapakmu hlm. 39