Tujuan
Umat menyadari pentingnya keluarga sebagai pusat bertumbuhnya kedewasaan iman dan pribadi secara utuh hingga menjadikannya sebagai Gereja Mini
Pengantar
Pertemuan Adven ketiga ini merupakan “muara” pertemuan sebelumnya, di mana umat diajak berefleksi melihat identitas panggilannya dalam situasi Pandemi Covid 19 sebagai keluarga. Pada kesempatan pertemuan ini, umat diajak semakin menyadari betapa keluarga-keluarga Katolik mempunyai panggilan yang tak terelakkan sebagai “Gereja Mini” atau “Gereja Rumah Tangga” (Ecclesia Domestica). “Gereja Mini” atau “Gereja Rumah Tangga” (Ecclesia Domestica) adalah Gereja paling kecil, tempat setiap orang memperoleh pendidikan dan asuhan iman pertamanya di lingkup terkecil. Itulah keluarga. Begitu juga unsur-unsur pokok yang menjadi fondasi Gereja yakni persekutuan (communio), cinta kasih dan pewartaan iman selalu terjadi dalam kehidupan berkeluarga.
baca juga : Panduan Adven 2021 - Pertemuan Kedua " Keluarga yang Berbenah dan Berubah"
Adven ketiga menjadi permenungan dan refleksi, sejauh mana kita mampu menjadikan keluarga-keluarga kita ini sebagai Gereja Mini” atau “Gereja Rumah Tangga” (Ecclesia Domestica), apalagi beratnya tekanan Pandemi Covid 19 yang membuat seringkali keluarga bukan lagi “rumah” bagi anggotanya. Maka, umat diajak menyadari kembali, bahwa dirinya mempunyai panggilan Tri Tugas Kritus, yaitu keluarga harus dapat menjadi Imam, Nabi dan Raja bagi anak dan anggotanya. Keluarga seharusnya menjadikan dirinya sebagai “pengudus”, dimana keluarga menjadi tempat doa, pendidikan liturgis dan kesucian terjadi (Imam). Begitu juga, keluarga seharusnya menjadi tempat teladan dan asuhan moral serta rohani bagi hidup anak-anaknya (Nabi). Dan, akhirnya keluarga harus mampu menjadi “pamomong” dan pelindung anak-anaknya (Raja).
Dalam Pertemuan Adven ketiga ini, umat diajak untuk mempersiapkan nuansa Natal dari perspektif Amoris Laetitia mengenai pentingnya dedikasi kepada pendidikan anak dari pembentukan etika mereka, kedisiplinan dan penerusan iman. Keluarga diharapkan menjadi “rumah kebijaksanaan,” terutama perhatian kepada anak-anak secara bertahap, dalam setiap langkah-langkah kecil hidupnya untuk dipahami, diterima dan dihargai” hingga anak tumbuh menjadi dewasa. Para orangtua, suami-istri hendaknya mampu membangun “transformasi kasih” di dalam keluarga, walaupun situasi di tengah pandemi ini yang tidak mudah. Bacaan yang diperdalam sebagai peneguhan dan renungan diambil dari Luk 3: 10-18 mengenai Yohanes Pembaptis yang mempersiapkan kedatangan Sang Mesias.
Langkah Proses Pertemuan
A. Pembuka
1. Nyanyian Pembuka
Pertemuan dapat dibuka dengan lagu-lagu yang memberikan nuansa harapan dan penantian serta keluarga sebagai Gereja Mini.
2. Doa Pembuka
Doa ini hanya sebagai contoh. Dipersilahkan membuat doa sendiri sesuai dengan situasi setempat. Allah Bapa Maha Rahim kami bersyukur ke hadirat-Mu karena melalui masa penantian Adven ketiga ini, kami Engkau ajak untuk menjadikan keluarga kami sebagai Gereja Mini, Gereja Rumah Tangga. Kami menyadari bahwa di tengah pandemi ini, seringkali kami kesulitan untuk menjadikan keluarga sebagai tempat pendidikan dan pembentukan etika anak-anak kami, bahkan juga kesulitan dalam upaya penerusan iman. Semoga melalui pertemuan ini, Engkau menyadarkan kami, betapa pentingnya keluarga sebagai Gereja Mini. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami, yang bersatu bersama Dikau dan Roh Kudus, sepanjang segala masa.
Amin.
3. Penyalaan lilin Korona
Setelah doa pembuka, dilanjutkan dengan penyalaan Lilin Korona Adven yang pertama.
P: Tuhan, terangilah umat-Mu dengan cahaya kasih-Mu.
U: Agar kami semua dapat menjadi cahaya bagi sesama.
P: Ya Bapa, berbelaskasihlah kepada kami, para hamba-Mu yang merindukan Putera-Mu, cahaya kehidupan sejati. Nyalakanlah harapan kami yang gelap ini akan kehadiran Putera-Mu yang menjadi penerang bagi hidup kami. Bagaikan nyala lilin yang semakin terang, demikianlah kami mohon agar hidup kami semakin diterangi oleh kehadiran Kristus. Semoga kami semua mampu menjadi Keluarga yang Tangguh, Bersukacita dan Berbuah dalam kasih, serta bersama masyarakat memperjuangkan hidup yang sejahtera dan bermartabat demi terwujudnya kehadiran Kerajaan Allah. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami.
Amin.
U: Amin
B. Refleksi Pengalaman
1. Menengok dokumen Amoris Laetitia
Pendalaman dapat diawali dengan membaca beberapa kutipan dari Dokumen Gereja
“Semua dimulai dari Keluarga”
Keluarga harus menjadi tempat dukungan, pendampingan dan bimbingan, meskipun harus memikirkan kembali metode-metodenya dan menemukan sumber-sumber daya baru. Orangtua perlu mempertimbangkan apa yang mereka ingin beberkan kepada anak-anaknya. Itulah sebabnya, ia harus memperhatikan siapa yang bertanggung jawab terhadap waktu luang dan hiburan bagi mereka, siapa yang memasuki ruangan mereka melalui televisi dan peralatan elektronik, dan pada siapa mereka memercayakan anak-anaknya untuk membimbing mereka di waktu senggang mereka. Hanya jika kita meluangkan waktu bagi anak-anak kita, memperbincangkan hal-hal penting dengan sederhana dan penuh perhatian, dan menciptakan pilihan sehat bagi mereka untuk mele- watkan waktu, barulah kita bisa melindungi mereka dari mara bahaya. Kita harus selalu waspada. Pengabaian tidak pernah sehat. Orangtua harus membimbing dan mempersiapkan anak-anak dan remaja agar mampu menghadapi situasi di mana terdapat risiko, misalnya agresi, pelecehan atau ketergantungan obat.
Keluarga merupakan sekolah pertama nilai-nilai kemanusiaan, di mana dipelajari penggunaan kebebasan dengan baik. Sejumlah kecenderungan tertentu berkembang pada anak-anak dan menjadi begitu dalam berakar sehingga kecenderungan tersebut menetap sepanjang hidup, entah sebagai ketertarikan terhadap nilai-nilai tertentu atau penolakan spontan terhadap cara berperilaku tertentu. Banyak orang bertindak sepanjang hidupnya dengan cara tertentu karena mereka menganggap benar cara bertindak yang telah diserap sejak masa kanak-kanak mereka tersebut, seperti proses osmosis: “Demikianlah telah diajarkan kepada saya”. “Itulah apa yang telah berkalikali mereka ajarkan kepada saya.” Di dalam lingkungan keluarga juga dapat diajarkan untuk memilah-milah secara kritis pesan-pesan yang dikirim lewat berbagai media. Sayangnya, sejumlah program televisi atau aneka bentuk iklan seringkali berpengaruh negatif dan memerosotkan nilai-nilai yang telah ditanamkan dalam kehidupan keluarga.
Keluarga merupakan ajang utama bersosialisasi, karena di sini- lah kita pertama kali belajar berelasi dengan orang lain, mendengarkan dan berbagi, mendukung dan menghargai, saling tolong-menolong dan hidup bersama-sama. Tugas mendidik adalah membangkitkan perasaan di dunia dan masyarakat sebagai “suasana keluarga.” Itu adalah pendidikan untuk mengetahui bagaimana “tinggal” di luar batas rumahnya sendiri. Di dalam keluarga orang belajar tentang kedekatan, kepedulian dan rasa hormat kepada orang lain. Di dalam keluarga dipatahkan awal lingkaran keegoisan yang fatal untuk mengakui bahwa kita hidup bersama dan berdampingan dengan orang-orang lain yang layak memperoleh perhatian kita, kebaikan kita, kasih sayang kita. Tidak ada ikatan sosial tanpa dimensi keseharian ini, yang hampir-hampir tak terlihat dengan mata telanjang: hidup bersama dalam kedekatan, dengan bersimpang jalan di berbagai momen harian, dengan peduli akan segala sesuatu yang mempengaruhi kita, dengan saling membantu satu sama lain dalam hal-hal kecil setiap hari. Keluarga setiap hari harus menemukan cara-cara baru untuk meningkatkan saling penghargaan.
Keluarga dengan demikian merupakan agen kegiatan pastoral khususnya melalui pewartaan Injil dan warisannya berupa berbagai bentuk kesaksian, antara lain: solidaritas dengan kaum miskin, keterbukaan terhadap beragam orang; perlindungan terhadap ciptaan; solidaritas moral dan material dengan keluarga-keluarga lain, terutama mereka yang paling membutuhkan; komitmen untuk memajukan kebaikan bersama, dan juga melalui transformasi struktur sosial yang tidak adil, dimulai dari wilayah di mana keluarga itu tinggal; dan mempraktikkan karya belas kasih jasmani dan rohani.” Semua ini harus diletakkan dalam keyakinan paling berharga dari umat Kristiani: kasih Bapa yang menopang dan memperkembangkan kita, yang diejawantahkan dalam pemberian diri sepenuhpenuhnya Yesus Kristus, yang sekarang hidup di tengah-tengah kita dan memampukan kita menghadapi bersama-sama seluruh badai kehidupan dan semua tahap kehidupan. Juga, di dalam hati sanubari setiap keluarga - kerygma harus didengungkan, dalam segala kesempatan sehingga menerangi di sepanjang jalan. Kita semua harus bisa berkata, dari pengalaman hidup kita di dalam keluarga, “Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita” (1Yoh 4:16). Hanya berdasarkan pengalaman ini reksa pastoral Gereja untuk keluarga-keluarga akan memampukan mereka menjadi Gereja rumah tangga sekaligus menjadi ragi evangelisasi di masyarakat.
2. Pendalaman
- Berdasarkan beberapa kutipan dokumen Amoris Laetitia tersebut, Apa yang menarik dan menginspirasi Anda?
- Bagaimana pengalaman di dalam keluarga Anda masingmasing, untuk menjadikan visi ideal Keluarga sebagai “Gereja Mini, Gereja Rumah Tangga” ? Bagikanlah dan ceritakanlah pengalaman Anda !
- Dalam Bacaan Injil untuk Minggu Adven ketiga ini, Yohanes Pembaptis memberi kita sudut pandang lain tentang mempersiapkan Kedatangan Tuhan. Ketika Yohanes Pembaptis ditanya oleh orang banyak; “Apa yang harus kita lakukan”? Ia menyuruh berbagi jubah dan makanan mereka. Kemudian ia menyuruh petugas pajak berhenti mengumpulkan lebih dari yang ditentukan. Setelah itu, ia pun juga menyuruh para prajurit berhenti menjadi pemeras dan harus puas dengan gaji yang ada.
- Melalui tindakan dan kata-katanya, Yohanes Pembaptis memberi tahu kita tentang mempersiapkan kedatangan Tuhan dengan pertobatan yang radikal. Natal itu adalah tentang memberi dan berbagi, terutama kepada mereka yang membutuhkan. Natal juga tentang pertobatan dan mengubah cara kita menjadi lebih baik. Itu sebabnya ia berkata kepada petugas pajak dan para tentara: “Hentikan pemerasanmu dan puaslah dengan upahmu.”
- Maka, dalam penantian di masa Adven Ketigaini, kita diajak melalui dokumen Amoris Laetitia menyadari pertobatan untuk menjadikan kembali keluarga kita sebagai “rumah” “pengudusan” (Imam), pendidikan iman dan moral (Nabi), perlindungan dan “pamomong” (Raja) bagi anak-anak serta seluruh keluarga. Seperti yang diharapkan dalam perspektif Yohanes Pembaptis, dengan pertobatan radikal menjadikan keluarga kita sebagai Gereja Mini, Gereja Rumah Tangga. Paus Fransiskus menekankan perlunya kita memahami setiap keluarga dengan segala kompleksitas hidup yang ada. Walaupun tak sempurna, tapi kita harus membantu agar para keluarga dengan ketidaksempurnaannya tetap dicintai Allah dan bisa membantu orang lain untuk mengalami kasih itu. Sehingga Paus juga mengajak semua anggota keluarga untuk menjalani kehidupan Kristiani yang dijiwai cinta kasih, keharmonisan keluarga dan pendidikan anak-anak. Tidak bisa tidak, karena keluarga pusat osmosis pendidikan dan kedewasaan.
Ajakan untuk membangun niat:
- Di masa pandemi ini, Marilah kita sebagai keluarga senantiasa memupuk rasa pengampunan dan saling menyadari kerapuhan emosional kita
- Marilah dalam keluarga kita, senantiasa memanfaatkan kualitas hidup bersama sebagai sebuah keluarga.
- Mari kita memupuk dan memperkuat saat-saat doa dalam keluarga.
- Mari kita memupuk tanggung jawab, kesabaran dan harapan dalam keluarga
3. Nyanyian Penutup