Umat Santo Yusuf Bangirejo |
Warta Lingkungan. Pada hari raya orang kudus (1 November) Gereja Katolik merayakan hari para orang kudus, baik mereka yang telah dikanonisasikan/ diakui Gereja sebagai Santo/ Santa, maupun para orang kudus lainnya yang tidak/ belum dikenal. Gereja telah mulai menghormati para Santo/ Santa dan martir sejak abad kedua.
Sehari setelah hari perayaan orang kudus disebut sebagai hari arwah (All Souls day) yaitu hari yang ditetapkan untuk mengenang dan mempersembahkan doa- doa atas nama semua orang beriman yang telah wafat. Mengingat makna antara keduanya demikian dekat, maka tak mengherankan bahwa Gereja merayakannya secara berurutan. Setelah kita merayakan hari para orang kudus, kita mendoakan para saudara- saudari kita yang telah mendahului kita, dengan harapan agar merekapun dapat bergabung dengan para orang kudus di surga.
Begitu halnya dengan lingkungan Santo Yusuf Bangirejo, pada kamis malam (22/11/2018) menyelenggarakan misa lingkungan dengan ujub mendoakan sanak saudara yang telah meninggal dunia, ada 160 nama yang didoakan. Nama-nama tersebut dibacakan sebelum misa dimulai. Misa ini dipimpin oleh romo Bernadus Singgih Guritno, Pr.
romo Bernadus Singgih Guritno, Pr |
Dalam homilinya romo Singgih mengatakan, bahwa dalam komunitas Iman Gereja Katolik ada 2 hal, yaitu yang kelihatan yaitu kita semua mahluk hidup dan yang tidak kelihatan, yaitu orang kudus dan arwah orang beriman. Peringatan bulan arwah ini mengingatkan kita bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini, semua akan meninggalkan dunia. Kematiann itu sudah pasti dan akan menjemput kita sewaktu-waktu. Lalu bagaimana kita mengisi waktu selama hidup?
Galeri foto klik disini
Romo Singgih mengajak umat Santo Yusuf Bangirejo untuk mengisi hidup dengan kenangan yang baik bagi yang dicintai, sehingga tidak akan dilupakan. Dan jika ingin meninggalkan kenangan yang baik dapat dimulai dari sekarang. Kenangan baik tidak muncul dengan tiba-tiba, tetapi dari yang kita hidupi sehari-hari. #denblangkon